MEDIA ONLINE

KORAN JAYA POS

Loading

Warisan 20 Tahun UNESCO, Surabaya Didorong Memiliki Museum Keris Yang Representatif

Warisan 20 Tahun UNESCO, Surabaya Didorong Memiliki Museum Keris Yang Representatif Warisan 20 Tahun UNESCO, Surabaya Didorong Memiliki Museum Keris Yang Representatif
KORANJAYAPOS.COM SURABAYA

Ketua Yayasan Ethnic Indonesia berharap pemerintah bangun museum keris.

Pagelaran Budaya Tosan Aji Nusantara yang digelar di Balai Pemuda Surabya  (27/11/2025). Acara besar yang menghadirkan ratusan pecinta budaya pusaka dari berbagai daerah ini meneguhkan kembali pentingnya keris sebagai warisan adiluhung bangsa Indonesia, sekaligus momentum refleksi terhadap upaya pelestarian budaya yang masih memerlukan dukungan lebih besar dari pemerintah.

Dalam penutupan acara, Ketua Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi, KRA Rivo Cahyono Setyonegoro, menegaskan bahwa pelestarian budaya tidak boleh hanya bersifat seremonial, tetapi harus diwujudkan dalam langkah konkret dan berkelanjutan. Ia menyoroti pentingnya penyediaan ruang edukasi formal dan fasilitas permanen untuk budaya keris, sebagai identitas bangsa yang telah diakui dunia.

 “Misi kami sederhana, hadir dan mendukung pelestarian budaya semampu yang kami bisa. Selama ini banyak kegiatan bersifat komunitas dan dibiayai secara mandiri, namun semangat kami tidak pernah surut,” ujar Rivo saat memberi sambutan di hadapan ratusan peserta dan tamu undangan.

Dukungan Bagi Generasi Muda Lewat Pendekatan Kreatif

Rivo menjelaskan bahwa generasi muda merupakan kunci keberlanjutan pelestarian pusaka. Untuk itu, pendekatan kreatif menjadi hal yang wajib dilakukan. Ia mencontohkan kolaborasi Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi dengan International Gaming Festival di Jakarta, yang secara mengejutkan berhasil menarik ribuan anak muda untuk melihat dan mengenal keris secara langsung.

“Ketika anak muda melihat keris dari dekat, muncul rasa penasaran. Itulah pintu pertama untuk mengenal budaya sendiri. Dan ini yang harus terus kita dorong,” tegasnya.

Pameran ini sekaligus menjadi bagian dari peringatan 20 tahun penetapan keris sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO. Keris, menurut Rivo, bukan sekadar senjata tradisional, melainkan simbol filosofi, spiritualitas, identitas, serta kemajuan teknologi metalurgi leluhur Nusantara.

Seruan Membangun Museum Keris di Surabaya

Di tengah antusiasme komunitas, Rivo menyampaikan harapan besar kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, untuk membangun Museum Keris yang representatif.

“Surabaya kota besar, pusat sejarah, dan rumah bagi peradaban dalam perjalanan bangsa. Sudah saatnya Surabaya memiliki Museum Keris sebagai pusat edukasi, konservasi, penelitian, dan diplomasi budaya,” katanya.

Menurutnya, selama ini kegiatan pelestarian keris lebih banyak digerakkan oleh komunitas budaya, pecinta tosan aji, dan pihak swasta yang membiayai dengan dana pribadi. Meski berjalan dengan semangat, namun tanpa fasilitas permanen, upaya ini sulit mencapai dampak nasional maupun internasional.

“Museum keris bukan hanya bangunan, tetapi simbol penghormatan negara pada budaya. Tempat generasi muda belajar bahwa keris bukan mitos, tetapi mahakarya leluhur yang diakui dunia,” tambahnya.

Rivo menegaskan bahwa Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi akan terus menjalankan kegiatan budaya, namun dukungan pemerintah tetap menjadi kunci penguatan pelestarian budaya nasional.

Antusiasme Peserta Mengalami Lonjakan Tiga Kali Lipat

Ketua Panitia Pagelaran Tosan Aji Nusantara, Andi Budi Sulistijanto, mengungkapkan bahwa tahun ini pameran mencatat lonjakan peserta hingga tiga kali lipat, menjadi 132 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Lonjakan ini menunjukkan besarnya minat masyarakat dalam memelihara warisan budaya leluhur.

“Ini momentum penting untuk merawat warisan adiluhung yang semakin mendapat tempat di hati masyarakat,” ujarnya.

Dukungan dari Kepolisian: Mengingat Sejarah ‘Bhayangkara’

Kasubdit Bintibsos Ditbinmas Polda Jawa Timur, AKBP Sutiono, S.Pd., menegaskan bahwa pelestarian budaya keris memiliki nilai historis yang sejalan dengan institusi kepolisian. Ia mengingatkan bahwa istilah Bhayangkara sendiri berasal dari peradaban Majapahit, menandakan hubungan historis antara keris dan jati diri penegak keamanan negara.

“Ini bukan sekadar pameran keris. Ini bagian dari budaya yang harus kita jaga bersama,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan pesan dari Kapolda Jawa Timur agar kegiatan pelestarian budaya seperti ini digelar rutin, sehingga generasi muda tidak kehilangan akar budaya lokal.

Menutup Acara dengan Komitmen Pelestarian Budaya Bangsa

Menutup pagelaran, Rivo kembali menegaskan komitmen Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi dalam memajukan seni budaya Nusantara.

“Budaya adalah jiwa bangsa, dan pusaka adalah jiwa dari budaya itu sendiri. Dengan dukungan pemerintah, upaya pelestarian ini akan semakin kuat dan berdampak,” tandasnya.

Pagelaran Budaya Tosan Aji Nusantara tahun ini bukan hanya menampilkan keindahan pusaka Nusantara, tetapi juga menjadi seruan kuat akan pentingnya perhatian dan dukungan negara dalam menjaga warisan budaya, agar tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang. 

(Ervinna)

Jajak Pendapat

Siapakah Calon Walikota dan Wakil Walikota Padang Favorit Anda?

  Mahyeldi Ansyarullah - Emzalmi
  Robby Prihandaya - Dewi Safitri
  Tommy Utama - Laura Hikmah
  Willy Fernando - Vicky Armita
  Laura Himah i Nisaa - Safaruddin

Metropolitan

Korem 082 Apel Gelar Pasukan Dalam Rangkan Pengamanan Kunjungan Presiden RI Prabowo Di Bojonegoro

Korem 082 Apel Gelar Pasukan Dalam Rangkan Pengamanan Kunjungan Presiden RI Prabowo Di Bojonegoro

Komando Resor Militer (Korem) 082 Citra Panca Yudha Jaya dan Komando Distrik Militer (Kodim) 0813 Bojonegoro melaksanakan Apel Gelar Pasukan dalam

Advertisement
REDAKSI KORAN JAYA POS
Klik kanan dinonaktifkan.