Cerita tentang dominasi seorang berinisial A.A., karyawan salah satu perusahaan besar sekaligus kerabat penguasa daerah, kembali mencuat pada Jumat, 5 Desember.dari lingkungan perkantoran hingga pelaku kegiatan pemerintahan, sejumlah sumber menggambarkan pola penguasaan kegiatan bernilai ratusan juta rupiah yang disebut-sebut mengarah ke sosok yang sama.
Seorang sumber yang kerap mendengar keluhan pegawai dinas menyebut bahwa banyak kegiatan bernilai besar tidak lagi ditangani oleh SKPD secara penuh. “Yang saya dengar, begitu anggarannya muncul, nama A.A. langsung disebut. Dinas cuma menyelesaikan administrasi, pelaksanaan besarnya diambil,” ujarnya.
Jenis kegiatan yang dimaksud bukanlah kegiatan kecil. Mereka meliputi paket-paket yang memiliki komponen hotel, narasumber, konsumsi termasuk aplikasi, hingga berbagai bentuk pelatihan dan rapat koordinasi. Sumber tersebut menegaskan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di luar daerah justru paling sering disebut-sebut masuk dalam pola serupa. “Pokoknya kalau kegiatan di luar daerah, anggarannya langsung dibawa A.A. Itu yang selalu saya dengar dari orang-orang dinas,” terangnya.
Cerita lain datang dari sumber berbeda yang mencoba menggambarkan skala anggaran yang diperebutkan. “Satu dinas bisa punya lima sampai sepuluh kegiatan senilai 200 sampai 300 juta per tahun. Kalau dikalikan lebih dari 40 SKPD, hitung sendiri berapa besar alirannya. Kegiatan stunting di hotel-hotel itu contohnya, pasti disebut A.A. juga,” ucapnya.
Seorang pengunjung warung makan di kawasan perkantoran Gunung Tinggi bahkan mengaku hampir setiap hari mendengar nama yang sama dari para tamu yang membahas kegiatan SKPD. “Kalau ada acara besar, pasti terselip nama dia. Sudah seperti rahasia umum saja,” katanya.
Warga yang sering beraktivitas di area perkantoran Gunung Tinggi juga menyinggung dugaan keterlibatan A.A. pada pekerjaan fisik lainnya, termasuk proyek timbunan taman di kawasan tersebut yang beberapa waktu lalu ramai dibicarakan. “Banyak yang cerita mobil yang dipakai angkut timbunan itu mobil dinas.dan pekerjaan itu katanya punya A.A. juga,” ungkap seorang warga.
Di banyak percakapan, baik di lingkup pemerintahan maupun di kalangan pekerja proyek, kisah tentang penguasaan kegiatan oleh satu nama ini dianggap bukan lagi hal baru. “Kami ini seperti tidak punya ruang. Semua kegiatan besar seakan sudah ada yang ambil dari atas,” ujar salah seorang pelaku jasa konstruksi.
Hingga saat ini, belum ada penjelasan resmi dari pihak terkait mengenai rangkaian cerita yang terus bergulir mengenai dominasi A.A. dalam kegiatan bernilai besar di Tanah Bumbu.
(Red)
























Komentar
Tuliskan Komentar Anda!
Komentar Jejak Dominasi A.A. di Tanah Bumbu: Dari Kegiatan Hotel hingga Proyek SKPD Diduga Mengalir ke Satu Nama