MEDIA ONLINE

KORAN JAYA POS

Loading

Lima Tahun Tanpa Pembinaan, Ustaz Awi Hadir di Pedalaman Tanpa Listrik dan Jaringan

Lima Tahun Tanpa Pembinaan, Ustaz Awi Hadir di Pedalaman Tanpa Listrik dan Jaringan Lima Tahun Tanpa Pembinaan, Ustaz Awi Hadir di Pedalaman Tanpa Listrik dan Jaringan
KORANJAYAPOS.COM RIAU

Peluh membanjiri wajahnya dan napasnya mulai tersengal.lelahnya perjalanan sudah menguras tenaga ustaz Awi 

“Apakah pohon petai sudah dekat?” tanyanya.

“Ini baru permulaan, Bang. Kita masih harus melewati tiga bukit lagi.”

Jawaban itu membuat Ustaz Awi terdiam.rasa terkejut bercampur takjub. bagaimana tidak, sementara kakinya mulai berat dan tubuhnya terasa melemah, warga di depannya tetap melangkah ringan. Wajah mereka tenang tanpa gurat kelelahan sedikit pun, seolah stamina mereka tak pernah habis.

Hari itu, ia memutuskan mengikuti warga mencari hasil hutan, salah satunya petai di TNBT. Dalam pikirannya, perjalanan itu akan seperti pendakian biasa, mungkin melelahkan, tapi bisa diukur.namun, kenyataannya jauh di luar dugaan.

Ritme berjalan para warga begitu cepat dan stabil. Mereka menanjak dan menuruni lereng curam tanpa ragu, seolah medan berat itu hanyalah jalan biasa di depan rumah. Sementara Ustaz Awi harus berjuang keras menjaga keseimbangan di antara bebatuan licin dan akar-akar besar yang melintang.

Suku Talang Mamak adalah suku pedalaman Riau yang menggantungkan hidupnya secara tradisional di sepanjang aliran Sungai Indragiri dan kawasan Taman Nasional Tiga Puluh (TNBT).

Tanpa pencahayaan dan jaringan, mereka memutar perekonomian dengan mengambil damar, getah pohon besar, serta hasil hutan lain yang bisa dijual, seperti petai.

Di tengah penduduk pedalaman inilah dai Dewan Dakwah, Ustaz Awi Andrizal, memulai perjalanan dakwahnya, tepatnya di Dusun Nunusan, Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

Perjalanan Ekstrem ke Dusun Nunusan, Desa yang Tidak Terdata di Maps*

Entah sudah kali keberapa Ustaz Awi dan rombongan turun dari perahu kayu yang mereka tumpangi saat menyusuri Sungai Batang Gansal agar perahu tersebut lebih ringan ketika melewati arus jeram.

“Perjalanan menuju lokasi dakwah sangat ekstrem karena melewati banyak batu-batu besar serta sungai yang deras. Beberapa kali kami turun dari perahu kayu agar perahu lebih ringan ketika melewati arus jeram tersebut,” ujar Ustaz Awi, awal November 2025.

Perjalanan lewat jalur air tersebut ditempuh beberapa jam setelah perjalanan darat dari pusat kota kabupaten, yakni Kota Rengat.

Dusun Nunusan terpisah jauh dari Desa induknya, Desa Rantau Langsat.hanya ada satu jalur menuju dusun itu, yaitu jalur sungai. Perjalanan hanya bisa ditempuh dengan perahu kayu selama dua sampai lima jam, tergantung kondisi ketinggian air.

Medan tempuh yang sulit dan letak dusun yang terpencil membuat daerah tersebut tanpa listrik dan sinyal telekomunikasi.

Aktivitas mandi, bersuci, mencuci, hingga buang hajat dilakukan di tepian sungai. Begitu hari mulai gelap, Dusun Nunusan bagai dusun mati.

Sekitar empat hingga lima tahun yang lalu, ustaz terakhir memberikan pembinaan agama di Desa Nunusan. Setelah itu, suku Talang Mamak yang telah berislam di sana hanya mendengar khutbah setiap Jumat dari musala kecil mereka.

Mendengar kabar kedatangan dai yang ditempatkan khusus di Desa Nunusan, mereka tak berhenti bertanya, Apakah ustaz tersebut jadi datang? Kapan ustaznya akan tiba? Dan pertanyaan-pertanyaan sejenis.

Kedatangannya pun disambut hangat. Banyak di antara mereka yang menawarinya untuk menetap di rumah masing-masing.

“Respon masyarakat sangat terbuka dan menerima dengan baik. Bahkan seminggu sebelum saya datang, mereka sudah bertanya kepada salah satu mahasiswa STID M. Natsir apakah saya jadi datang ke dusun mereka,” terang dai muda asal Aceh tersebut.

Dari Mushallah Kecil Pedalaman, Dakwah Tetap Menyala

Tidak mudah membentuk rutinitas masyarakat pedalaman untuk mengikuti kajian rutin, terlebih mereka sangat bergantung pada hasil hutan.

Dari pagi pukul 07.00 hingga petang hari, masyarakat desa masuk hutan untuk mencari damar. Bukan hanya para orang tua, anak-anak pun ikut keluar masuk hutan mengambil damar. Namun demikian, tidak setiap saat mereka memperoleh hasil.

“Terkadang masyarakat tidak dapat membeli beras karena tidak mendapat hasil dari hutan,” kata Ustaz Awi.

Karena itu, Ustaz Awi beberapa kali ikut menyusuri hutan belantara, selain memusatkan dakwahnya di musala kecil Nurul Huda dan berdakwah dari rumah ke rumah.

Mengajar anak-anak Talang Mamak menjadi aktivitas dakwah utama Ustaz Awi. Dari pagi hingga siang hari, ia mengajar anak-anak SD.

Sebuah sekolah rintisan, kelas filial, berdiri di Dusun Nunusan. Di sanalah anak-anak suku Talang Mamak mengenal pendidikan. Namun, banyak dari mereka yang tidak bisa melanjutkan pendidikan bahkan harus berhenti di tengah jalan karena keterbatasan biaya.

Meski demikian, anak-anak tersebut sangat bersemangat datang ke sekolah. Setiap hari mereka berjalan kaki, ada yang menempuh jarak lebih dari satu jam tanpa menggunakan sepatu atau alas kaki.

Anak-anak itu tidak hanya belajar, tetapi juga keluar masuk hutan sepulang sekolah untuk mencari damar.

Belajar Mengaji di Temaram Malam

Meski kelelahan sepulang dari hutan, anak-anak pedalaman tersebut tetap hadir mengaji selepas Magrib bersama Ustaz Awi.

Diterangi lampu LED atau lampu darurat portabel, mereka mengeja huruf demi huruf di papan tulis kapur.

Dusun yang tadinya sunyi tersebut perlahan hidup sejak kehadiran Ustaz Awi. Suara lantunan doa dari musala kecil di tengah hutan terpencil mengisi malam-malam hening Dusun Nunusan.

Perjalanan dakwah menuntut seorang dai untuk bisa melakukan apa saja yang masyarakat butuhkan. Bukan hanya mengisi rohani mereka, tapi juga siap sedia hadir dalam keseharian mereka.

Terlebih, pengabdian di dusun terpencil yang sangat jauh dari dunia luar membutuhkan penyesuaian diri yang luar biasa.

Selain turut membantu masyarakat mencari hasil alam dengan menyusuri hutan, Ustaz Awi juga membaur dalam berbagai kegiatan mereka: membantu memperbaiki jalan, panen jengkol dan petai, hingga memberikan layanan cukur gratis kepada penduduk pedalaman tersebut.

Satu per satu anak ia cukur dengan telaten. Tak hanya anak-anak, pria dewasa pun turut meminta untuk dicukur oleh Ustaz Awi.

(Vina)

Jajak Pendapat

Siapakah Calon Walikota dan Wakil Walikota Padang Favorit Anda?

  Mahyeldi Ansyarullah - Emzalmi
  Robby Prihandaya - Dewi Safitri
  Tommy Utama - Laura Hikmah
  Willy Fernando - Vicky Armita
  Laura Himah i Nisaa - Safaruddin

Metropolitan

Korem 082 Apel Gelar Pasukan Dalam Rangkan Pengamanan Kunjungan Presiden RI Prabowo Di Bojonegoro

Korem 082 Apel Gelar Pasukan Dalam Rangkan Pengamanan Kunjungan Presiden RI Prabowo Di Bojonegoro

Komando Resor Militer (Korem) 082 Citra Panca Yudha Jaya dan Komando Distrik Militer (Kodim) 0813 Bojonegoro melaksanakan Apel Gelar Pasukan dalam

Advertisement
REDAKSI KORAN JAYA POS
Klik kanan dinonaktifkan.